Senin, 08 Agustus 2011

Bahasa Siaran Radio

Bahasa siaran radio dan televisi tentu berbeda. Penyiar yang berbicara di radio hanya suaranya saja yang terdengar, sedangkan pendengar tidak dapat melihat dia. Tidak demikian di televisi. Di sana, bukan hanya suara yang terdengar, tetapi permirsa dapat pula melihat orang yang berkata-kata itu. Melihat perubahan air mukanya, gerak-geriknaya, bahkan dapat melihat gambar yang berwarna-warni yang memperjelas pengertian tentang apa yang sedang disiarkan oleh penyiar televisi itu. Dengan sendirinya, siaran televisi lebih menarik daripada siaran melalui radio. Pemerhati siaran televisi adalah pendengar sekaligus penonton, sedangkan pemerhati siaran radio hanyalah pendengar.

Di kota-kota besar dewasa ini, makin banyak keluarga yang tidak lagi memiliki pesawat radio di rumahnya, tetapi hanyalah pesawat televisi, kadang-kadang pada keluarga yang kaya lebih dari sebuah. Bahkan mulai banyak yang menggunakan pesawat parabola agar banyak siaran yang dapat ditangkap baik siaran dalam negeri maupun siaran dari luar negeri. Oleh karena itu, untuk menarik pendengar radio -agar tidak lari ke televisi- tugas penyiar radio lebih berat.
Mereka harus berusaha benar-benar agar siarannya selalu menarik. Usaha itu antara lain ialah menggunakan bahasa Indonesia yang _____________ dilihat dari segi pelafalannya, intonasinya, pemilihan kata-katanya, susunan kalimatnya, pengungkapan rasa dan pikiran dsb.
Mengikuti siaran radio berarti mendengarkan bahasa yang dituturkan secara langsung oleh si pembicara atau mendengarkan bahasa tulis yang dibacakan oleh penyiar.
Pada umumnya bahan yang disiarkan di radio itu dipersiapkan lebih dahulu, ditulis, lalu dibacakan oleh penulisnaya sendiri atau oleh orang lain.


Bahasa Siaran Radio

Bagaimana hendaknya bahasa siaran radio itu? Ada dua ragam bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Pertama, ragam resmi dan kedua, ragam santai. Bahasa ragam resmi yang biasa disebut bahasa baku digunakan dalam semua situasi resmi, sedangkan dalam situasi yang tidak resmi, biasanya kita gunakan bahasa ragam santai. Bahasa ragam resmi terikat pada aturan-aturan bahasa yang berlaku.
Ada dua macam bahasa yang digunakan dalam siaran radio: 1) bahasa dalam bentuk dialog, misalnya bahasa dalam bentuk tanya jawab atau wawancara; 2) bahasa dalam bentuk tuturan sebagai penyampaian dari satu pihak kepada pihak lain (dari pembicara kepada si pendengar).
Bahasa tulis yang dibacakan seperti bahasa berita, pengumuman pemerintah, penerangan umum, pembahasan ilmiah, pembacaan cerpen, dongeng dan yang semacam itu haruslah ditulis dalam bahasa ragam resmi, bahasa baku. Bahasa yang digunakan itu harus mempertikan hal-hal berikut:

a) Susunan kalimat haruslah teratur.
b) Kalimat sebaiknya tidak terlalu panjang sebab kalimat yang panjang menyulitkan pendengar untuk menangkap pengertian secara utuh sebab lama sekali menunggu selesainya kalimat itu. Lagi pula bila penempatan bagian-bagiannya (kata, frasa, klausa) tidak tepat, dapat menyebabkan maksud kalimat menjadi kabur.
c) Susunan kalimat janganlah rancu.
d) Kata-kata yang digunakan untuk siaran yang umum sifatnya sebaiknya kata-kata yang umum pula yang artinya dipahami oleh masyarakat. Jangan menggunakan dialek yang hanya dikenal oleh masyarakat setempat, jangan menggunakan istilah-istilah baru yang asing bagi pendengar, dan jangan menggunakan banyak kata asing kalau ada padanannya dalma bahasa Indonesia _______ oleh masyarakat pemakai bahasa.
e) Kata harus digunakan dengan makna yang tepat dan bentukan yang tepat (bahasa Indonesia sebagai bahasa dengan sistem aglutinasi menggunakan banyak afiks).

Bahasa siaran yang tidak baik, yang banyak kesalahan di dalamnya, selain mengganggu pemahaman pendengar juga menjengkelkan dan membuat telinga pendengar sakit. Bahasa komentator olahraga yang penuh dengan kesalahan sangat mengganggu pendengar. Beberapa contoh saya kutipkan berikut ini.
Pernah ada orang dari kalangan radio swasta yang bertanya kepada saya, “Pak Yus, bolehkah kita menggunakan bahasa ragam santai di radio?” Jawab saya, “Boleh saja, asal siaran itu ditujukan kepada kelompok pendengar khusus. Jadi, berupa siaran khusus. Misalnya, siaran berupa penerangan kepada masyarakat yang tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia ragam resmi mutlak. Kalau dicampur dengan dialek setempat, akan lebih mudah ditangkap oleh masyarakat pendengarnya. Siaran yang ditujukan kepada kelompok remaja dengan topik pembicaraan yang cocok untuk kalangan mereka akan lebih menarik bagi mereka bila disampaikan dengan dialek sosial mereka yang dirasakan akrab dengan mereka. Kalau kita gunakan bahasa ragam resmi, mereka mengatakan bahasa bahasa itu tidak komunikatif. Tidak komunikatif disini bukan berarti bahasa bahasa itu tidak dipahami mereka, tetapi dimaksudkan ialah terasa tidak akrab.”

Suara, Intonasi, Lafal, Tekanan kata, Kecepatan Bicara

Menangkap siaran radio artinya mendengarkan siaran radio dengan telinga. Oleh sebab itu, semua hal yang bersangkut-paut dengan pendengaran manusia haruslah mendapat perhatian pembicara atau penyiar. Aspek-aspek psikologis pun harus diberi perhatian dilihat dari sudut pendengar.

a) Suara penyiar yang bagus dan mantap akan lebih menarik daripada suara yang kecil, serak dan tidak jelas.
b) Intonasi harus serasi dengan maksud kalimat. Tuturan yang datar saja yang tidak memperdengarkan turun naiknya suara secara tepat sesuai dengan isi tuturan akan sangat membosankan pendengar.
c) Tekanan kata harus pula tepat. Tekanan kata bahasa Indonesia yang meniru-niru tekanan kata bahasa Inggris, Belanda, Arab kadang-kadang menimbulkan rasa geli pada pendengar
d) Kecepatan bicara harus diukur. Tidak terlampau cepat, sehingga sukar orang mengikuti apa yang dibicarakan itu, tetapi tidak juga terlalu lambat seperti orang mengeja. Tuturan yang diucapakn kata demi kata secara lambat sekali melelahkan pendengar karena lama sekali baru sebuah kalimat selesai diucapkan. Hal itu membuat pendengar lelah karena lama baru dapat menyimpulkan isi kalimat atau maksud si pembicara.
e) Bahan yang dibawakan jangan terlalu panjang agar tidak membosankan, apalagi kalau yang dibawakan itu topik berat. Bahan yang berat atau sukar sebaiknya dibawakan di televisi saja sebab di televisi pendengar dapat melihat oyang yang berbicara itu dan kalau perlu, pembicara dapat menjelaskan bahasanya dengan gambar, grafik, foto dsb.

Hal-hal yang disebutkan di atas ini perlu mendapat perhatian seorang penyiar baik radio maupun televisi.




PUSTAKA ACUAN
Badudu, J.S. 1993. Cakrawala Bahasa Indonesia I. Cet. Ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kedua buku di atas berisi 31 buah ceramah saya tentang bahasa Indonesia.


LAMPIRAN:
A. Contoh kalimat-kalimat yang salah yang diucapkan oleh komentator olahraga di televisi:

- Tendangan daripada Zulham Effendi akhirnya menggetarkan jala daripada kesebelasan Aceh.
(Pemakaian kata daripada yang tak perlu)
- Harry Maitimu melantarkan suatu pukulan-pukulan yang beruntun ke kepala lawannya.
(kata suatu dipakai di depan kata benda dalam bentuk jaman pukulan-pukulan)
- Untuk nomor lari 1000 meter diraih oleh Jatim.
(kalimat rancu karena subjek didahului oleh kata depan yang tidak perlu)
- Di tempat juara ketiga diduduki oleh regu Jabar.
(kalimat rancu: lihat di tempat …. diduduki)
- Sore ini akan berhadapan kesebelasan Irian Jaya melawan kesebelasan Lampung.
- Di lapangan Lebak Bulus akan berhadapan antara Pelita Jaya melawan Bandung Raya.

B. Kalimat panjang yang salah penempatan bagian kalimatnya sehingga menggangu arti kalimat:

- Larry Holmes berhasil mempertahankan mahkota kejuaraan tinju dunia kelas berat versi WBC hari jumat malam (waktu AS) ketika ia menghentikan Gerry Cooney penantangnya yang sebelumnya tak terkalahkan di ronde ke-13.
(keterangan di ronde ke-13 harus ditempatkan di belakang Gerry Cooney.

C. Kalimat rancu dari TVRI:

- Gambar ini menunjukkan hampir menyerupai bulan
(Seharusnya: Bentuk gambar ini hampir menyerupai bentuk bulan. Atau, kata menunjukkan diganti dengan kata tampak: Gambar ini tampak hampir menyerupai bulan)
- Diharapkan dengan uang tersebut dapat meringankan beban hidup rakyat yang mengalami musibah itu.
(kata dengan di depan subyek uang tersebut harus dihilangkan, atau kalau akan digunakna juga, bentuk predikat meringankan diubah menjadi ringan.)



* Catatan: kata/ kalimat yang kosong (dengan garis bawahi) kurang jelas terbaca saat penyalinan

Tidak ada komentar: